Bila di artikel sebelumnya telah membahas tentang ciri-ciri hustle culture, kali ini kita akan melihat dari sisi penyebabnya. Tak bisa mungkiri, budaya gila kerja ini memang tengah digandrungi oleh kaum milenial, terutama mereka yang berada di kota-kota besar.
Budaya gila kerja ini tentu tidak muncul begitu saja. Namun, ada beberapa faktor yang memengaruhi kebiasaan itu muncul. Hingga akhirnya budaya tersebut menjadi sebuah gaya hidup yang populer di kalangan anak muda.
Bagi anak muda yang memilih workaholic ini, pastinya mereka punya alasannya masing-masing. Mulai dari mengikuti tren gaya hidup terkini sampai menjadi sebuah pelarian dari suatu masalah.
Kira-kira, apa saja ya yang memengaruhi individu memilih untuk menerapkan gaya hidup tersebut? Penasaran? Yuk, langsung saja kita simak penyebab munculnya hustle culture berikut ini!
Baca juga: Hustle Culture, Gaya Hidup Gila Kerja di Kalangan Milenial
Memiliki Permasalahan Pribadi
Seseorang yang mengalami perasaan duka atau permasalahan di dalam hidupnya, mereka pastinya membutuhkan self-healing. Hal ini dilakukan agar seseorang itu bisa bangkit kembali menjalani kehidupannya. Kita juga perlu ingat, bahwa setiap orang itu memiliki cara self-healing yang berbeda-beda.
Bagi beberapa orang yang mengalami kondisi tersebut, gila kerja merupakan salah satu cara untuk self-healing. Ketika seseorang melakukan pekerjaan lebih banyak dari biasanya, mereka cenderung akan fokus dan lupa dengan permasalahan yang dihadapinya.
Konstruksi Sosial
Tak bisa dipungkiri, jabatan dan finansial telah menjadi tolak ukur bagi kesuksesan hidup seseorang. Semakin cemerlang karir seseorang, otomatis hidupnya akan semakin mapan. Siapa pun yang mampu memiliki banyak aset di usia muda, pasti akan menjadi motivasi bagi orang di sekitarnya.
Alhasil, anak-anak muda itu semakin terpacu untuk menghasilkan uang lebih banyak. Budaya gila kerja itu pun diterapkan oleh mereka agar bisa meningkatkan taraf hidupnya. Meski tujuannya baik, budaya yang memaksa kerja mati-matian itu membuat orang melupakan kesehatan tubuh dan mental.
Menerapkan Hustle Culture Karena Tuntutan Pekerjaan
Tren hustle culture ini semakin menyebar cepat karena pengaruh teknologi. Smartphone yang kamu miliki bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan sarana untuk bekerja. Mulai dari mengirim email, membuat presentasi, video call dengan atasan, hingga online meeting melalui ponsel.
Hingga akhirnya seseorang menjadi tidak bisa lepas dari benda pintar itu. Secara tidak langsung, individu didorong untuk bekerja terus sepanjang waktu. Alhasil, mereka pun menjadi menganut budaya hustle culture dengan bekerja tanpa kenal waktu.
Tuntutan Ekonomi
Selanjutnya, ada juga seseorang yang memilih budaya gila kerja ini karena tuntutan ekonomi. Kondisi finansial yang tidak sehat, membuat mereka bekerja lebih banyak agar mendapat upah lebih besar juga.
Mau tidak mau, mereka pun harus menerapkan hustle culture sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Seringkali tujuan mulia itu, berubah menjadi tidak baik. Hal ini karena mereka terlalu gila kerja dan melupakan kebutuhan istirahat, hingga akhirnya tubuhnya pun tumbang.
Tren Hustle Culture di Media Sosial
Budaya gila kerja ini semakin digandrungi kawula muda, salah satunya karena pengaruh media sosial. Tidak jarang konten-konten tentang hustle culture ini disebarkan lewat aplikasi tersebut. Seperti yang pernah dilakukan oleh Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX beberapa tahun lalu.
“There are way easier places to work, but nobody ever changed the world on 40 hours a week,” cuitnya lewat akun twitter pribadinya.
Elon berpendapat, bahwa seseorang tak akan mampu mengubah hidupnya bila hanya bekerja selama 40 jam per minggu. Dengan postingan tersebut, pengusaha Tesla tersebut turut mempopulerkan hustle culture dan mendorong kaum muda untuk bekerja lebih keras.
Alhasil, banyak kawula muda yang termotivasi untuk mengikuti jejak pria berusia 50 tahun itu. Jadi, nggak heran kalau budaya gila kerja ini dianggap keren oleh kebanyakan anak muda. Sayangnya, mereka lupa akan waktu istirahat dan kesehatan tubuhnya.
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa hustle culture ini muncul karena ada penyebab yang dialami individu tersebut. Tentunya, alasan seseorang yang menerapkan budaya hustle culture juga beragam. Mulai dari persoalan pribadi hingga hanya ingin mengikuti tren terkini saja.
Baca juga: Mindfulness, Teknik Mengatasi Stres di Kalangan Pekerja