Beberapa dari kamu mungkin pernah mendengar istilah Thank’s God It’s Friday atau TGIF. Arti TGIF ini sendiri merujuk pada momen yang ditunggu-tunggu oleh para pekerja. Hal ini karena hari esoknya adalah weekend atau akhir pekan.
Mengenal Budaya TGIF di Amerika
Istilah Thank’s God It’s Friday atau TGIF ini berasal dari Amerika pada tahun 1960-an. Di Amerika saat itu, para pekerja diberikan gaji atau upah setiap hari Jumat. Hal ini membuat para pekerja di negara tersebut menerima gaji sebanyak empat kali dalam sebulan.
Pada saat itu juga mereka bisa bersenang-senang di kafe untuk makan maupun minum dengan gaji tersebut. Sebab itu, TGIF memiliki arti sebagai momen para pekerja menikmati hasil kerjanya sekaligus bersyukur di hari tersebut.
Momen TGIF di Indonesia
Seperti yang dirasakan oleh Sherly (25), karyawan swasta ini selalu menunggu hari jumat tiba dengan penuh semangat. Tak jarang setiap hari Jumat itu dirinya menyambut pekerjaannya dengan senang. Berbeda dengan hari-hari biasanya, sebab besoknya dia sudah libur.
“Awalnya, saya tahu istilah TGIF itu dari twitter sekitar 2017 lalu. Ketika sudah bekerja saya baru mengerti arti istilah TGIF sesungguhnya. Saya merasa lelah selama 4 hari kemarin terbayarkan dengan libur,” ungkapnya.
Della mengatakan, biasanya setiap Jumat juga digunakan untuk acara nongkrong bareng rekan kerja atau temen lainnya. Hal ini karena setiap hari Senin – Kamis memiliki kesibukan kerja hingga jarang berinteraksi dengan kawan.
Senada, Meyulinda (23) yang merasakan euforia TGIF yang dialami oleh kalangan milenial. Ia melihat adanya positive vibes dari TGIF yang secara tidak langsung mempengaruhi mood seseorang menjadi lebih baik.
“Entah bagaimana tapi setiap hari Jumat itu pasti orang-orang di kantor seperti happy. Nggak jarang juga orang-orang kantorku itu merencanakan untuk menghabiskan waktu di hari tersebut usai jam pulang,” ujarnya.
Karyawan bank swasta mengungkapkan, bahwa dirinya menjadi tersugesti karena momen TGIF ini. Ia merasa senang saja ketika Jumat tiba berarti pekerjaannya di minggu ini telah selesai. Apalagi saking senangnya terkadang hari itu terasa lebih cepat dari hari biasanya.
Lain Meyulinda, lain juga Dipa (23). Pemilik Bersama Kopi ini menggunakan momen TGIF sebagai promosi kedainya. Mungkin setiap weekend sudah sering digunakan oleh seseorang untuk berkumpul dengan teman. Namun, saat weekdays intensitas mereka berkumpul di kedai masih kurang.
“Akhirnya, saya coba terapkan promo menyambut TGIF karena banyak orang yang mengidamkan hari itu. Apalagi besoknya juga libur jadi tidak sulit bagi mereka yang ingin nongkrong sepulang bekerja,” paparnya.
Menurutnya, ungkapan TGIF ini menempatkan akhir pekan sebagai sesuatu yang ditunggu. Jadi, tak heran banyak orang yang menyambutnya dengan gembira karena melepas segala rutinitas monotonnya. Oleh sebab itu, pria 23 tahun ini mencoba merayakan momen tersebut dengan promo.
Momen Thanks God It’s Friday dari Sisi Psikologis
Denrich Suryadi, psikolog klinis menjelaskan, bahwa ungkapan TGIF ini memang dianggap sebagai momen yang membahagiakan dan membuat semangat kerja. Meskipun, gajian yang diterima para pekerja kantoran tetap akhir bulan. Secara psikologis, Jumat merupakan hari kerja terakhir dalam minggu itu sehingga patut disyukuri.
“Sebenarnya, ungkapan ini serupa dengan efek ‘I hate Monday’ pada hari minggu malam. Di mana efek psikologisnya jadi negative karena artinya bersiap mental untuk bekerja lagi selama 5 hari. Senin menjadi hari menyebalkan, sedangkan Jumat jadi hari Bahagia,” jelasnya, dikutip dari Instagram @angiedenrich.
Budaya TGIF ini memang lahir sebagai ungkapan rasa syukur yang diterima para pekerja di Amerika pada tahun 1960-an. Sebenarnya, setiap hari itu adalah hari baik dan patut disyukuri selama kita mampu mengelola diri menjadi produktif.
Seseorang dapat menjadikan Senin sebagai awal target baru dan memiliki empat hari untuk melakukan follow up terhadap pekerjaan tersebut. Dengan begitu, kita bisa tetap bersyukur karena semua hari memberikan kebaikan.
Baca juga: Tips-Tips Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic