My Farm, Sistem Pertanian di Lahan Sempit

Ilustrasi sistem My Farm . (Sumber: Dok. UNY)
Isi Tabel

Semenjak adanya pandemi Covid-19, banyak orang yang melakukan semua kegiatannya di rumah saja. Apalagi pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat masyarakat sulit melakukan mobilisasi. Hal ini membuat beberapa orang memilih melakukan kegiatan produktif di rumah. Salah satunya dengan cara menanam tanaman dan memelihara ikan. Selain untuk mengisi waktu luang, kegiatan ini juga dilakukan oleh masyarakat untuk menunjang kebutuhan pangan sehari-hari.

Sebab, kondisi pandemi Covid-19 ini membuat kondisi ekonomi menjadi tidak stabil sehingga sulit memenuhi kebutuhan hidup. Kebanyakan dari masyarakat menggunakan metode pertanian dengan sistem lahan sempit. Mereka hanya perlu bercocok tanam di area pekarangan rumahnya saja. Meski terlihat praktis dan sederhana, ternyata ada beberapa kelemahan dalam metode tersebut. Misalnya, proses penyiraman masih manual dan memakai pupuk atau pestisida kimia.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melakukan sebuah inovasi tekologi pertanian. Tim tersebut terdiri dari Khakam Ma’ruf, Assadullah Al Kafah Alam, Muhammad Yusri Dzal Yahya, Riza Alfiyatun, dan Verlenda Sarma.

“Kami pun menggagas sistem pertanian dengan memanfaatkan lahan sempit dan energi surya sebagai penyuplai air pada tanaman hidroponik,” ujar Khakam Ma’ruf, perwakilan tim, dikutip dari laman resmi UNY, Jumat (06/05).

Sistem pertanian yang bernama My Farm ini dibuat dengan menggunakan prinsip hidroponik sebagai media tanamnya. Kemudian, sistem tersebut terpadu dengan kolam ikan yang berada di bawah hidroponik. Jadi, sistem ini akan mudah diterapkan pada lahan yang sangat terbatas.

Baca juga: Budaya Investasi di Era Digital, Layanan Mudah dan Cepat!

Mengenal Sistem My Farm

My Farm ini sendiri merupakan sistem yang memanfaatkan energi sinar matahari, sebagai penyuplai air pada hidroponik. Pada bagian bawah sistem ini terdapat kolam ikan dan bagian atasnya adalah media tanam hidroponik.

Hal ini membuat sistem gagasan tim UNY sangat memaksimalkan lahan terbatas. Untuk menggunakan inovasi ini, cara kerjanya adalah air dari bawah kolam ikan akan disirkulasi ke tanaman sebagai sistem penyiraman.

Selain itu, My Farm ini juga memanfaatkan pupuk alami dari kotoran ikan yang terfilter. Jadi, kotoran ikan ini dapat termanfaatkan dan tidak mengganggu pertumbuhan hewan tersebut.

Sementara itu, Assadullah menambahkan, bahwa sistem ini juga mengembangkan budidaya perikanan sekaligus sistem filtrasi pengolahan airnya. Sebab, inovasi ini dilengkapi sistem monitoring dengan Internet of Things (IoT).

“Dengan alat ini, kita dapat melakukan monitoring pH, suhu air, dan kadar oksigen terlarut sehingga memiliki kualitas air yang bagus,” ungkapnya.

Bukan hanya itu saja, My Farm ini juga memiliki keunggulan karena dapat diatur melalui smartphone. Mulai dari pengecekan dan pemberian nutrisi tanaman, pemberian pakan, serta pengecekan energi yang tersimpan.

Kemudian, pengguna juga tidak perlu repot membersihkan kolam. Sebab, sistem ini telah dikonsepkan memiliki penyaring kotoran otomatis dan sonar bloom. Alhasil, sistem tersebut dapat merangsang tanamanan agar tumbuh subur.


Itulah beberapa informasi tentang sistem pertanian My Farm yang dibuat oleh mahasiswa UNY. Dengan kehadiran sistem tersebut, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan menggunakan lahan yang minim dan praktis, serta ekonomis.

Baca juga: Mo-Ma-Doq, Kursi Ala New Normal Karya Mahasiswa ITS

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments