Mahasiswa UNS Ciptakan Penyiraman Berbasis IoT

Ilustrasi alat penyiraman. (Sumber: Unsplash)
Isi Tabel

Beberapa bulan terakhir ini Indonesia tengah mengalami perubahan cuaca. Perubahan yang terjadi itu ternyata dampak mengganggu budidaya sayur dan buah. Bukan hanya itu, sayur dan buah di pasaran pun bisa menjadi langka. Untuk mengatasi hal tersebut, empat mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggagas sebuah inovasi dalam teknologi pertanian. Tim UNS ini terdiri dari Stefanus Marcellindo, Dina Mifika Sari, Muhammad Hammam Al-Choirie, dan Savira Kharisma Putri.

“Kami akhirnya menciptakan alat penyiram otomatis dan humidity controller untuk screen house yang terintegrasi Internet of Things (IoT),” ungkap Stefanus Marcellindo, perwakilan tim, dikutip dari laman resmi UNS, Minggu (10/4).

Menurut mahasiswa Teknik Elektro itu, meski kini mulai beredar produk makanan, seperti nugget, mi, kripik, dan kue berbahan sayur dan buah sebagai bentuk diversifikasi pangan. Namun, permintaan masyarakat akan sayur dan buah juga tetap harus dipenuhi.

Sebab, kedua bahan makanan itu bisa dikatakan sebagai makanan pokok masyarakat. Oleh sebab itu, perubahan cuaca yang terjadi bisa menjadi masalah dalam budidaya sayur dan buah-buahan.

Baca juga: Hidroponik Vertikultur Berbasis IoT Karya Mahasiswa Telkom

Mengenal Inovasi Alat Penyiraman Berbasis IoT

Setefanus pun menjelaskan, bahwa inovasi alat berbasi IoT dari kelompoknya tersebut dapat melakukan penyiraman dan pengaturan iklim secara otomatis. Tentunya, ini akan memudahkan para petani untuk menanam walau berada di tengah perubahan cuaca.

Selain itu, alat yang diciptakan keempat mahasiswa UNS ini juga dapat menampilkan data akurat. Data yang akan muncul terkait soal kriteria tumbuh tanaman dengan alat berbasis IoT. Jadi, data tersebut akan terhubung dan terlihat di smartphone.

“Dengan demikian pekerjaan petani akan lebih efisien dan memperoleh hasil panen yang lebih baik,” katanya.

Kemudian, Stefanus mengatakan, bahwa untuk menggunakan alat berbasi IoT ini pada budidaya sayur dan buah membutuhkan beberapa syarat. Pertama, screenhouse perlu terlebih dahulu didesain dengan ukuran 1.000 meter persegi.

Screenhouse yang dibuat pun harus memiliki daya tampung sebanyak 1.620 tanaman. Sebab, sistem pada alat ini mampu mendeteksi kriteria tumbuh tanaman dengan sensor-sensor yang dipasang di dalam screenhouse.

Selanjutnya, data dari sensor tersebut akan diproses menggunakan machine learning. Tujuannya untuk menentukan klasifikasi data yang diperoleh. Hasil klasifiasi ini digunakan untuk menentukan durasi penyiraman dan pengembunan pada tanaman. Jadi, kebutuhan air dan iklim mikro pada tanaman dapat terjaga.

“Selain itu, alat berbasis IoT ini mampu menampilkan data kriteria tumbuh dan kondisi tanaman secara real time melalui smartphone,” terangnya.


Dengan hadirnya alat penyiraman berbasis IoT seperti ini, tentu dapat memudahkan para petani untuk melakukan monitoring terhadap tanaman. Apalagi pekerjaan para petani ini akan lebih efisien dan dapat menghasilkan panen yang lebih baik pula.

Baca juga: Bardi Smart Home, Wujud IoT pada Produk Rumah Tangga

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments