I-Mask, Aplikasi Pendeteksi Penggunaan Masker Karya ITS

Ilustrasi aplikasi I-Mask. (Sumber: Dok. ITS)
Isi Tabel

Kini, masker menjadi benda wajib saat kita berada di luar rumah. Masker dianggap penting karena dapat memproteksi diri dari penyebaran virus. Sebab itu, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan sebuah aplikasi I-Mask.

I-Mask merupakan sistem pendeteksi masker dengan menggunakan Machine Learning dan terintegrasi Internet of Thing (IoT). Sistem ini ditujukan untuk memantau penggunaan masker di suatu tempat.

Aplikasi I-Mask ini dikembangkan oleh Rahmadilla Primasiwi Nugraha, Ilul Rohman, dan Hartandi Wisnumukti dari Departemen Teknik Elektro, serta Irfan Dhiarinda Hamdi dan Rizqullah Fadhil Rafi dari Departemen Teknik Komputer ITS. Kelimanya berada di bawah bimbingan Arief Kurniawan, S.T., M.T.

Baca juga: Rekomendasi 3 Masker Pintar yang Canggih dan Keren!

Cara Kerja Aplikasi I-Mask

Aplikasi ini diawali dengan proses pendeteksian oleh sistem, apakah orang tersebut mengenakan masker atau tidak. Kemudian, video tersebut akan terkirim ke sebuah cloud server yang terintegrasi dengan sebuah aplikasi.

Alhasil, orang tak bermasker akan terdeteksi dan tidak dapat memasuki ruang yang dirancang terintegrasi dengan pintu otomatis. Jadi, pintu hanya terbuka bagi orang yang menggunakan masker. Sementara bagi orang yang tak memakai masker, alarm akan berbunyi.

Menariknya, aplikasi ini juga memiliki beberapa fitur informasi terkait kondisi suatu tempat. Mulai dari  jumlah pengunjung, laporan mingguan jumlah pengunjung, lokasi system I-Mask terpasang, live update melalui camera capture, hingga data statistik yang memperlihatkan kondisi dari tempat tersebut

“Sehingga pengunjung tahu apakah tempat tersebut telah memenuhi standar protokol kesehatan atau belum,” kata Rahmadilla, perwakilan tim, dikutip dari laman resmi ITS, Rabu (04/05).

Keunggulan Aplikasi Karya ITS

I-Mask ini ternyata memiliki berbagai macam keunggulan lho, yakni memudahkan dalam monitoring penggunaan masker di suatu tempat, harga produksi maupun perawatannya tidak terlalu mahal, dan waktu operasi sistemnya selama 24 jam. Jadi, pemantauan datanya real time, hemat ruang dan sangat praktis.

“Berbagai keunggulan tersebut yang menjadikan inovasi I-Mask belum dimiliki oleh gagasan inovasi sejenis lainnya,” ujar Rahmadilla.


Aplikasi buatan tim I-Mask tersebut sempat mengukir prestasi dengan meraih juara pertama dalam kompetisi Sebelas Maret Internationa IoT Challenge 2021. Mereka berhasil menyingkirkan 79 inovasi dari seluruh dunia, sekaligus berada satu tingkat lebih tinggi dibandingkan King Mongkuts Institute of Technology Ladkrabang dari Thailand yang menjadi juara kedua.

Baca juga: Mo-Ma-Doq, Kursi Ala New Normal Karya Mahasiswa ITS

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments