Kenali Sandwich Generation dan Faktor Penyebabnya!

Ilustrasi sandwich generation. (Sumber: Unsplash)
Isi Tabel

Seringkah kamu mendengar istilah Sandwich Generation? Belakangan ini istilah tersebut memang sedang ramai diperbincangkan. Fenomena ini biasanya dialami oleh para Milenial dan Gen Z yang bekerja keras demi membiayai orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai Sandwich Generation? Simak pembahasannya berikut ini!

Baca juga: Bagaimana Kepribadian Social Butterfly? Berikut Ciri-cirinya!

Mengenal Sandwich Generation

Sandwich generation adalah istilah untuk seseorang yang harus membiayai segala kebutuhan baik diri sendiri, orang tua, anak, dan anggota keluarga lainnya. Konsep dari sandwich generation bisa tergambar dari nama istilahnya sendiri.

Layaknya sandwich, dua lapis roti menghimpit isiannya yang terdiri dari keju, daging iris, dan sayuran. Keadaan inilah yang diasosiasikan seperti seseorang yang harus bertanggung jawab menanggung segala biaya kebutuhan generasi sebelum dan setelahnya.

Sebenarnya, istilah ini sudah muncul sejak lama dan pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller dalam jurnalnya yang berjudul “The ‘sandwich’ generation: adult children of the aging” (1981).  Namun, kini istilah ini kembali dipopulerkan oleh gen Y dan Z melalui curahan hati mereka di berbagai media sosial.

Penyebab Timbulnya Sandwich Generation

Jika melihat kondisi di sekitarnya, para sandwich generation harus mengalami peristiwa ini karena orang tuanya sudah memasuki usia non-produktif. Selain itu, ada pula faktor penyebab lainnya yang menyebabkan generasi ini muncul. Berikut pembahasannya.

Minimnya Literasi Keuangan Jangka Panjang

Kurangnya pengetahuan generasi sebelumnya akan perencanaan finansial adalah penyebab utama munculnya sandwich generation. Kesadaran akan menabung untuk dana pensiun tampaknya dikesampingkan oleh masyarakat Indonesia. Akibatnya, biaya untuk pengeluaran saat masa tua jumlahnya sangat sedikit atau bahkan tak ada sama sekali.

Inilah yang terjadi jika generasi sebelumnya minim akan literasi finansial. Apabila mereka sadar kalau perencanaan keuangan di masa tua sangat penting, maka generasi setelahnya hanya perlu fokus untuk merencanakan keuangan masa depan mereka sendiri. Dengan begitu, kemunculan sandwich generation tak akan terjadi.

Budaya Banyak Anak Banyak Rezeki

Generasi boomers ke atas mempercayai bahwa banyak anak akan membawa banyak rezeki. Saat anak-anaknya sukses di masa depan, mereka beranggapan kalau mereka bisa menggantungkan kehidupannya karena sudah tidak bekerja lagi. Pemikiran inilah yang membuat para orang tua mengesampingkan menabung saat usia mereka masih muda.

Memang tidak ada salahnya jika seorang anak membantu keuangan orang tuanya yang sudah tidak bekerja. Apalagi, budaya balas budi terhadap orang tua sangat kental di Indonesia. Hal inilah yang membuat seorang anak merasa mempunyai tanggung jawab atas biaya hidup orang tuanya, padahal biaya hidupnya sendiri pun belum sepenuhnya terpenuhi.

Tuntutan Sosial yang Tinggi

Tuntutan sosial yang tinggi juga merupakan salah satu faktor timbulnya sandwich generation. Hidup di tengah masyarakat memang tak luput dari tuntutan sosial dari berbagai arah. Hal ini membuat seseorang menuruti tuntutan orang lain padahal dirinya sendiri belum siap untuk menjalaninya. Misalnya saja masalah pernikahan.

Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa definisi sukses adalah menikah dan berumah tangga. Padahal, ada aspek penting lainnya yang harus terpenuhi. Menikah boleh saja, namun perhatikan pula kondisi finansialmu saat ini.

Mempersiapkan dan merencanakan keuangan untuk pernikahan dan kehidupan setelahnya sangat penting dilakukan. Sebaiknya, tata terlebih dahulu keuanganmu dan pasanganmu sebelum memutuskan untuk menikah. Jika tidak, masalah baru akan muncul dan malah akan menambah beban yang harus ditanggung.

Apakah Ada Jalan Keluar?

Seperti sebuah siklus, sandwich generation akan terus terjadi secara berulang. Jika generasi sebelumnya mengalami hal yang sama, maka peristiwa ini akan terus lanjut terjadi kepada generasi setelahnya. Namun, tentu ada cara bagaimana memutus siklus ini.

Jika ini terjadi padamu, solusi satu-satunya ada pada dirimu sendiri. Seorang sandwich generation dapat menghentikan “kutukan” ini dengan berkeinginan kuat untuk merubah pola pikir. Jangan pernah mempunyai pikiran yang sama dengan orang tua di generasi sebelumnya untuk terus maju ke depan.

Mulailah kelola keuanganmu agar pengeluaran dan pemasukan setiap bulan berjalan seimbang. Tanamkan kebiasaan menabung dalam diri sendiri dan mulailah kurangi jiwa konsumtif. Selain itu, persiapkan pula dana darurat dan asuransi sejak dini demi masa depan yang sejahtera.


Memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan usaha yang besar untuk memutus mata rantai sandwich generation. Oleh karena itu, cobalah untuk berterus terang kepada orang tua apabila kamu merasa beban yang ditanggung sudah terlalu berat. Jangan lupa pula selingi harimu dengan berbagai kegiatan positif agar terhindar dari stres, ya!

Baca juga: Tips Hindari Impulsive Buying Biar Dompet Tidak Boncos

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments