Senopati, Inovasi Alat Pendeteksi Tsunami Karya ITS

Ilustrasi tsunami. (Sumber: Unsplash)
Isi Tabel

Seperti yang kita ketahui, Indonesia berada di daerah dengan tingkat kerawanan terhadap bencana tsunami yang tinggi. Kondisi geografis yang seperti itu membuat tiga pakar geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang alat pendeteksi dini tsunami.

Sepuluh Nopember Pendeteksi Awal Tsunami (SENOPATI) itulah alat buatan dari para pakar geofisika ITS tersebut. Inovasi ini dirancang oleh Dr Ir Amien Widodo MSi, Juan Pandu Gya Nur Rochman SSi MT, dan Kharis Aulia Alam ST.

Amien menjelaskan, penelitian terkait benda tersebut sudah berlangsung sejak 2019 lalu dan terus dikembangkan hingga sekarang. Tujuan perancangan alat ini agar dapat menghasilkan alat pendeteksi tsunami yang mudah diaplikasikan dan murah.

“Indonesia pada dasarnya memiliki sistem pendeteksi dini tsunami bernama Buoy. Sayangnya, kondisi instrumen tersebut saat ini hilang atau rusak karena ulah orang yang tidak bertanggung jawab,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman resmi ITS, Selasa (26/04).

Baca juga: Track Child, Alat Pelacak Pencegah Kasus Kekerasan Anak

Cara Kerja SENOPATI

Amien mengatakan, alat SENOPATI tersebut bekerja dengan cara menggunakan prinsip refleksi gelombang. Di mana ketinggian dari muka air bisa diukur oleh sensor untuk mendeteksi datangnya tsunami. 

“Karena tsunami itu menyebabkan air laut surut, jadi kita lihat kalau ada air surut di waktu tertentu itu tanda adanya peringatan dini terhadap tsunami,” paparnya.

SENOPATI ini memiliki prinsip yang digunakan pada refleksi gelombang diaplikasikan dalam dua sensor, yaitu sensor ultrasonik dan sensor doppler. Gelombang ultrasonik tersebut mampu mendapatkan jarak pemantul gelombang dengan menggunakan prinsip Time of Light (ToF). Metode ToF itu digunakan untuk mengukur jarak antara sensor dan objek.

Di samping itu, sensor doppler memanfaatkan gelombang ultrasonik yang ditembakkan kepada objek. Kemudian, sensor tersebut akan menghitung pergeseran frekuensi yang diterima sebagai nilai kecepatan benda bergerak.  

“Jadi apabila ketinggian muka airnya surut dengan cepat, alat ini akan memberi tahu bahwa akan ada tanda-tanda terjadinya tsunami,” jelas lelaki berusia 62 tahun tersebut.

Perihal cara kerja SENOPATI, Amien mengatakan, alat tersebut akan memunculkan warna merah dan buzzer menyala mengirimkan peringatan evakuasi, ketika mengidentifikasi adanya penurunan ketinggian air dengan cepat.

Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS itu menambahkan, parameter kecepatan surut masih menggunakan nilai sintetis yang menyesuaikan ukuran dari model uji yang digunakan. Artinya, model uji coba belum menggunakan nilai asli dari kejadian di lapangan.


Menurut Amien, evaluasi terhadap alat SENOPATI ini terus dilakukan seiring dengan pengembangan dan apabila bisa diterapkan langsung di lapangan atau laut lepas. Ketiga dosen Departemen Teknik Geofisika tersebut berharap, agar alat ini dapat dimasukkan ke dalam lingkup penelitian yang lebih detail oleh ITS sehingga bisa mendapat pendanaan lebih lanjut.

“Kami juga ingin membuat prototipe yang lebih baik dan kita diuji coba dengan ukuran yang lebih besar sehingga kita bisa tahu keandalan dari alat ini,” pungkasnya.

Baca juga: Mahasiswa Telkom Ciptakan Gelang Pendeteksi Tsunami

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments