Mahasiswa ITS Gagas Solusi Krisis Listrik di NTT

Ilustrasi pembangkit listrik hydrothermal vent. (Sumber: Dokumentasi ITS)
Isi Tabel

Berawal dari keprihatinan terhadap wilayah Nusa Tenggara Timur karena rasio elektrifikasi yang rendah. Berangkat dari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mencoba mengembangkan inovasi sistem ketenagalistrikan bawah laut berbasis hydrothermal vent yang ramah lingkungan.

Tim ITS tersebut diketuai oleh Bayu Saputra (Departemen Teknik Geomatika), serta dua rekannya Ardi Lukman Hakim (Departemen Kimia) dan Christian Vieri Halim (Departemen Teknik Fisika). Ketiganya menggagas pembangkit listrik energi terbarukan tenaga hydrothermal vent bawah laut di Kawasan Busur, Perairan Komba, NTT.

“Di kawasan ini tingkat kerapatan hydrothermal vent tinggi dan dapat menghasilkan energi lebih besar,” jelas ketua tim tersebut, dikutip dari laman resmi ITS, Jumat (15/04).

Cara Kerja Pembangkit Listrik Buatan ITS

Bayu mengatakan, hydrothermal vent adalah retakan di permukaan planet yang bisa memanaskan perairan secara geothermal. Nah, energi panasnya tersebut yang akan digunakan sebagai sumber utama pembangkit listrik.

Sementara itu, Bayu bersama kedua rekannya telah merancang bagaimana cara kerja sistem tersebut agar dapat menghasilkan listrik. Pertama, semburan fluida panas yang berasal dari hydrothermal vent ditangkap oleh kubah raksasa. Hal ini dilakukan karena mengandung banyak mineral. Sebab itu, fluida tersebut perlu difiltrasi terlebih dahulu.

Baca juga: Mahasiswa IPB Gagas Pengelolaan Sampah Jadi Listrik

Hasil filtrasi dari fluida itu akan masuk ke bagian MSF evaporator, sementara residunya dipompa keluar. Di MSF evaporator ini, fluida panas akan dinetralkan menjadi fluida murni. Kemudian, fluida tersebut akan menunjang keefektifitasan kerja turbin.

Selanjutnya, hasil fluida murni itu akan masuk ke mixing chamber yang dialirkan ke boiler. Ketika berada di dalam boiler, fasa fluida akan diubah menjadi uap air. Bayu menjelaskan, bahwa uap air bersuhu dan bertekanan tinggi ini bermanfaat untuk memutar turbin yang terhubung ke generator agar menghasilkan listrik.

“Setelah itu, fluida akan dipompa kembali ke mixing chamber dan bercampur dengan fluida murni yang baru diproses guna menggerakan turbin. Untuk transmisi listrik kami menggunakan submarine cable,” paparnya.

Selain itu, pembangkit listrik bawah laut ini dibuat menggunakan ballast tank agar pembangunan maupun perawatannya lebih mudah pada kedalaman 1.500 – 2.000 meter. Pemilihan alat tersebut juga dipertimbangkan dari faktor tekanan tinggi, fluktuasi suhu, serta ketahanan guncangan yang ada di kedalaman laut.

“Kubah bergaris adalah solusi dari kendala tersebut karena mampu mengalirkan panas secara merata sehingga tidak terjadi stress di satu titik,” katanya.


Akhirnya, apa yang dirancang oleh ketiga mahasiswa tersebut menduduki juara II pada ajang Marine Innovation Festival Indonesia 2021 lalu. Terlebih lagi, mereka menggunakan potensi hydrothermal vent ini belum pernah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. 

Jadi, tak heran jika mereka berhasil dalam kompetisi yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Universitas Hasanudin. Mereka juga berharap karya ini dapat diimplementasikan ke masyarakat. Apalagi pembangkit listrik ini sangat realistis untuk dibangun.

Baca juga: Qyos, Stasiun Refill Produk Harian Ramah Lingkungan

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments