Chilator, Alat Deteksi Kelayakan Ayam Karya Mahasiswa IPB

Ilustrasi ayam. (Sumber: Unsplash)
Isi Tabel

Daging ayam memang mudah sekali ditemukan di pasaran. Apalagi daging tersebut mudah diolah menjadi hidangan makanan yang lezat. Akan tetapi, tidak semua ayam di pasaran layak untuk dikonsumsi.

Sebab, kini banyak ayam tiren (mati kemaren) yang beredah di pasaran. Namun, orang awam sulit untuk dibedakan dengan ayam segar. Tentunya, ayam non-halal itu tidak layak dikonsumsi bagi kesehatan tubuh.

Untuk membedakan ayam tiren dengan ayam sehat, tiga mahasiswa Institus Pertanian Bogor (IPB) menciptakan sebuat alat deteksi bernama Chilator. Tim tersebut terdiri dari Ananda Thalia, Aldi Destia Lesmana, dan Vanya Azzahra Chairunissa.

“Kami merancang alat untuk membedakan ayam halal dari ayam non-halal beserta tingkat kesegarannya,” ungkap Ananda Thalia, perwakilan tim, dikutip dari laman resmi IPB, Kamis (28/04).

Baca juga: Senopati, Inovasi Alat Pendeteksi Tsunami Karya ITS

Cara Kerja Chilator

Chilator ini sendiri terdiri dari dua pasang elektroda, mikrokontroler, LCD, baterai, dan data logger. Lalu, prinsip kerja dari alat ini adalah mengukur resistansi daging ayam menggunakan pengukuran resivitas 4-probe.

Ananda menjelaskan, probe luar yang terbuat dari karbon ini akan mengalirkan arus ke ayam. Sementara probe bagian dalam, terbuat dari besi akan mengukur beda potensial yang dihasilkan oleh daging ayam.

“Dengan alat ini, bagian ayam yang dapat diamati, yaitu dada, paha, dan sayap ayam yang dipotong dengan baik, bukan ayam tiren,” terangnya.

Senada, Vanya Azzahra, anggota tim menjelaskan, bahwa alat ini dapat digunakan dengan cara menempelkan bagian probe pada sampel ayam yang ingin diukur. Hasil pengukuran akan diolah oleh mikrokontroler hingga muncul hasilnya di LCD.

Hasil yang ditampilkan berupa nilai resistansi dan informasi mengenai kesegaran sampel. Kemudian, akan muncul juga keterangan, bahwa sampel itu adalah daging ayam segar atau ayam yang telah mati sebelum disembelih.

“Ayam halal memiliki rentang nilai resistansi 6,15 ohm – 28,53 ohm, sedangkan ayam tiren memiliki rentang nilai resistansi 1,68 ohm – 7,83 ohm. Nilai resistansi ayam tiren lebih rendah dari ayam halal. Kemudian, nilai resistansi akan meningkat seiring dengan menurunnya kesegaran sampel ayam,” papar Vanya.


Dengan alat tersebut, tiga mahasiswa IPB berkontribusi untuk masyarakat dengan membantu memberikan informasi kelayakan daging ayam yang beredar di pasaran. Mulai dari informasi kesegaran maupun kehalalannya.

“Jadi, para konsumen bisa dengan mudah menilai dan membedakan daging ayam yang layak dikonsumsi bagi masyarakat,” pungkasnya.

Baca juga: Mahasiswa UNY Ciptakan Inovasi Pembangkit Listrik Portabel

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments