Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi 5G mulai diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kecepatan internet yang lebih tinggi, latensi rendah, dan kapasitas jaringan yang lebih besar menjadi daya tarik utama dari jaringan ini.
Namun, di balik kemajuan teknologi ini, banyak isu yang berkembang, terutama mengenai bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan 5G. Isu ini sempat viral dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Jadi, benarkah 5G berbahaya? Mari kita kupas tuntas dalam artikel ini.
Baca juga: Kabar Gembira! Jaringan 5G tersedia di 9 Kota Indonesia
Apa Itu Teknologi 5G dan Isu Radiasi?

5G adalah generasi kelima dari jaringan seluler yang menawarkan kecepatan data yang jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, yaitu 4G. Dengan 5G, pengguna bisa menikmati kecepatan internet hingga 10 Gbps, yang berarti bisa mengunduh film dalam hitungan detik. Teknologi ini juga memungkinkan konektivitas lebih banyak perangkat sekaligus, membuatnya ideal untuk mendukung Internet of Things (IoT), smart city, kendaraan otonom, dan berbagai aplikasi canggih lainnya.
Untuk mencapai kecepatan tinggi ini, 5G menggunakan gelombang frekuensi tinggi yang lebih pendek dibandingkan 4G. Inilah yang sering menjadi sorotan karena banyak orang mengkhawatirkan dampak radiasi yang ditimbulkannya.
Mengapa Isu Radiasi 5G Sempat Viral?
Sejak diperkenalkan, banyak teori konspirasi yang muncul mengenai bahaya radiasi 5G. Beberapa orang mengklaim bahwa jaringan ini bisa menyebabkan penyakit serius, termasuk kanker. Bahkan, ada yang menghubungkan 5G dengan penyebaran COVID-19, meskipun klaim ini sama sekali tidak memiliki dasar ilmiah.
Salah satu alasan utama isu ini viral adalah karena 5G menggunakan gelombang milimeter (mmWave), yang memiliki frekuensi lebih tinggi dibandingkan teknologi sebelumnya. Banyak yang khawatir bahwa paparan gelombang ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia, terutama karena jumlah tower atau pemancar yang lebih banyak dibutuhkan untuk memastikan jangkauan jaringan tetap optimal.
Memahami Radiasi Elektromagnetik dari 5G
Radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh perangkat nirkabel, termasuk 5G, dibagi menjadi dua jenis:
- Radiasi Pengion (Ionizing Radiation): Jenis radiasi ini memiliki energi tinggi yang cukup untuk merusak sel dan DNA manusia. Contohnya adalah sinar-X dan sinar gamma, yang memang diketahui berbahaya dalam dosis tinggi.
- Radiasi Non-Pengion (Non-Ionizing Radiation): Radiasi ini memiliki energi lebih rendah dan tidak cukup kuat untuk merusak sel manusia. Contohnya adalah gelombang radio, gelombang mikro, dan sinyal dari jaringan seluler seperti 4G dan 5G.
5G masuk dalam kategori radiasi non-pengion, yang berarti tidak memiliki energi cukup untuk menyebabkan kerusakan pada sel atau DNA manusia. Bahkan, gelombang mmWave yang digunakan dalam 5G tidak dapat menembus kulit manusia secara mendalam, sehingga kecil kemungkinan bisa memberikan dampak kesehatan yang serius.
Apa Kata Ilmuwan dan Organisasi Kesehatan?
Berbagai lembaga ilmiah dan kesehatan di dunia telah melakukan penelitian mengenai dampak radiasi elektromagnetik dari jaringan seluler, termasuk 5G. Berikut beberapa kesimpulan utama dari penelitian mereka:
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): WHO telah menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa jaringan 5G berbahaya bagi kesehatan manusia. Mereka mengategorikan radiasi dari ponsel sebagai “kemungkinan karsinogenik” (Kategori 2B), tetapi ini juga berlaku untuk kopi dan acar, yang berarti risikonya sangat rendah.
- International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP): ICNIRP telah mengatur batas aman untuk paparan radiasi elektromagnetik, termasuk untuk 5G. Penggunaan jaringan ini masih dalam batas yang dianggap aman bagi manusia.
- Food and Drug Administration (FDA): Lembaga ini juga menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya hubungan antara jaringan seluler dan risiko kanker atau penyakit serius lainnya.
Fakta Tentang Tower 5G dan Keamanannya
Karena jaringan 5G menggunakan frekuensi yang lebih tinggi, maka dibutuhkan lebih banyak tower atau pemancar untuk memastikan sinyal tetap kuat dan stabil. Ini menyebabkan banyak orang khawatir tentang peningkatan paparan radiasi di lingkungan sekitar mereka.
Namun, perlu dipahami bahwa meskipun jumlah tower lebih banyak, daya pancarnya justru lebih kecil dibandingkan dengan tower 4G. Hal ini dilakukan agar jaringan tetap efisien tanpa meningkatkan risiko kesehatan. Dengan kata lain, tower 5G memang lebih banyak, tetapi emisi radiasi yang dipancarkan tetap dalam batas aman.
Apakah 5G Bisa Menyebabkan Kanker?
Salah satu ketakutan terbesar masyarakat adalah kemungkinan bahwa radiasi dari jaringan 5G dapat menyebabkan kanker. Namun, hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan langsung antara jaringan 5G dan kanker.
Penelitian mengenai dampak radiasi elektromagnetik dari ponsel dan jaringan seluler telah dilakukan selama puluhan tahun. Jika ada dampak kesehatan yang signifikan, seharusnya sudah ditemukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang melibatkan teknologi 3G dan 4G. Namun, sejauh ini, tidak ada temuan yang meyakinkan tentang risiko kanker akibat penggunaan jaringan seluler.
Berdasarkan berbagai penelitian ilmiah, jaringan 5G tidak terbukti berbahaya bagi kesehatan manusia. Radiasi yang dipancarkan oleh 5G termasuk dalam kategori non-pengion, yang berarti tidak memiliki energi cukup untuk merusak sel atau DNA manusia.
Meskipun masih banyak orang yang ragu dan termakan teori konspirasi, fakta ilmiah menunjukkan bahwa teknologi ini aman digunakan. Sebagai pengguna, kita tetap bisa menikmati kecepatan internet yang lebih tinggi tanpa perlu khawatir dengan isu-isu yang tidak berdasar.
Namun, jika masih ada kekhawatiran, langkah terbaik adalah selalu mengikuti informasi dari sumber terpercaya, seperti WHO, ICNIRP, dan badan kesehatan lainnya. Jangan mudah percaya dengan berita hoaks atau teori konspirasi yang tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Baca juga: Negara-negara dengan Internet 5G Tercepat di Dunia!