DELOS, Startup Aquatech Asal Indonesia

Ilustrasi tambak. (sumber: Unsplash)
Isi Tabel

Udang masih menjadi salah satu primadona ekspor komoditas kelautan Indonesia. Nilai ekspornya mencapai hampir USD 2 miliar atau sekitar Rp 28,5 triliun, angka tersebut rupanya masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, salah satunya Thailand. Padahal dari segala luas laut, Thailand masih kalah dari Indonesia. Mirisnya lagi negara kita masih belum ada perusahaan maritim besar berskala global,

“Indonesia itu negara maritim terbesar. Tapi tidak punya perusahaan berbasis maritim yang global itu tidak masuk akal. Selama ini perusahaan gedenya dapatnya dari tanah, dapat dari sawit, pertambangan, rokok dan lain-lain,” ujar Guntur Mallarangeng, selaku CEO dari startup DELOS.

Awal mula terbentuknya startup aquatech DELOS

Sosok Guntur Mallarangeng

Setelah dipelajari, ternyata permasalahan tidak adanya perusahaan berbasis maritim berskala global tersebut bersumber dari produktivitas. Jumlah tambak di Tanah Air ini memang tidak sedikit, tetapi adopsi penggunaan teknologi yang efisien masih rendah. Pengetahuan ilmiah soal udang dan kualitas air pun minim. Akibatnya, membuat volume ekspor Indonesia sangatlah kecil.

Kondisi tersebut menggerakkan hati Guntur untuk mencoba mengatasi masalah rendahnya produktivitas tambak udang di Indonesia. Sebab itu, ia menggandeng rekannya Bobby Indra Gunawan dan Alex Farthing. Hingga akhirnya mereka pun mendirikan DELOS.

Baca juga: Ula, Startup yang Dapat Suntikan Dana dari Pendiri Amazon!

DELOS sendiri merupakan startup budi daya atau aquatech. Kehadirannya untuk mengembangkan sebuah sistem pengelolaan tambak dalam negeri. Jadi, mampu membantu petani meningkatkan profitabilitas dan produktivitas tambak udang mereka.

“DELOS akan membuat gebrakan yang kami namakan revolusi biru sehingga produktivitas budi daya laut di Indonesia bisa meningkat dalam waktu yang cepat. Ini sejalan dengan program pemerintah peningkatan produktivitas hasil laut 250% dalam empat tahun,” kata Guntur.

Kembangkan aplikasi dengan bantuan AI

Ilustrasi hasil tambak udang

Saat ini tambak udang di Indonesia hanya bisa mencapai produktivitas rata-rata 5 – 10 ton per hektar atau 15 – 20 ton per hektar. DELOS memiliki target untuk mampu meningkatkannya menjadi 35-40 ton per hektar.

Untuk mencapai itu DELOS membuat aplikasi bernama Aquahero. Aplikasi ini dibangun dari beragam sistem guna meningkatkan produktivitas yang kemudian disederhanakan agar petambak bisa menggunakan dengan mudah.

Namun, Guntur menegaskan, bahwa penggunaan aplikasi tidak serta merta membuat produktivitas meningkat pesat. Oleh sebab itu, tetap dibutuhkan pendampingan saat menggunakan aplikasi. Tim pendamping ini akan sudah terlatih dan mengerti soal teknologi, keilmiahan dan standard operating procedure (SOP).

Mereka akan mendampingi pekerja tambak secara full time dalam pengambilan data sampling, analisis dan proses pengambilan keputusan. Selain itu, membantu petambak melatih kebiasaan baru dan cara berpikir yang sebelumnya tebar dan berdoa menjadi berbasis ilmiah.


Gebrakan baru yang dibawakan oleh startup DELOS ini merupakan gebrakan yang dinanti – nanti sejak lama, mengingat sumber daya yang dimiliki Indonesia sangatlah banyak. Hanya saja, hingga saat ini belum efisien dalam proses mengolah dan memproduksi secara masif dan mandiri. Semoga dengan adanya startup DELOS ini dapat menjadi awal mula kemunculan startup – startup aquatech lainnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments