Startup menjadi istilah yang sering dibicarakan dimana-mana belakangan ini, bahkan sempat menjadi trending topic. Sebab, kehadiran Drama Korea Start-Up yang mengangkat cerita kumpulan anak muda. Mereka berjuang dalam mewujudkan serta merintis bisnis nya. Selain itu, perusahaan rintisan juga menjadi bidang yang digemari, serta digeluti oleh kebanyakan masyarakat dengan semangat dan jiwa muda. Oleh karena itu, istilah tersebut menjadi semakin familiar di telinga masyarakat.
Lewat kehadiran berbagai start-up tersebut, banyak perusahaan yang berhasil sukses menduduki pasar bisnis dan berkontribusi dalam memajukan ekonomi Indonesia. Misalnya, Gojek, tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak yang berhasil sukses sebagai start-up. Para perusahaan tersebut turut berkontribusi dalam memperkenalkan jenis usaha bisnis rintisan kepada kalangan masyarakat.
Dalam perjalanan binis Indonesia, start-up tersebut lebih banyak menjalankan usaha bersifat sebagai penyedia jasa. Jenis tersebut bersifat sebagai penyedia jasa dan layanan bagi konsumen. Umumnya, start-up sebagai penyedia jasa dan layanan memiliki peran sebagai wadah bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pola tersebut, tentunya bukan satu-satunya tipe bisnis yang ada.
Sebab, ada beberapa pilihan dalam menjalankan gaya bisnis start-up. Yuk, simak 4 model yang dapat menjadi pilihan untuk memulai dan menjalankan start-up mu!
Baca juga: Alasan Bekerja di Startup Baik Untukmu
Marketplace
Jenis usaha ini menjadi gaya yang paling banyak digemari dan dipilih sebagian perusahaan start-up. Selain karena modelnya yang cukup sederhana, jenis tersebut juga tergolong lebih mudah dijalankan. Dimana perusahaan hadir sebagai perantara yang mempertemukan antara produsen dengan konsumennya.
Berdasarkan kutipan dari artikel duniakaryawan.com, dalam pembagian gaya bisnis start-up tersebut dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, Marketplace Business-to-Business (B2B) berfokus pada kerjasama antara sesama pengusaha. Kemudian, memasarkan produk dalam skala yang lebih besar.
Kedua, model Marketplace Business-to-Consumer (B2C) lebih membuka peluang bagi produsen untuk dapat bertemu dan berinteraksi langsung dengan pembeli. Salah satu perusahaan yang menggunakan jenis bisnis marketplace ini di Indonesia adalah Bukalapak dan Tokopedia.
E-Commerce
Selanjutnya, salah satu gaya bisnis yang menjadi pilihan sebagian besar perusahaan start-up adalah jenis e-commerce. Kehadiran jenis tersebut lebih dahulu dikenal dibandingkan yang lainnya. Pola bisnis e-commerce juga banyak digemari karena sangat membantu sebagian besar masyarakat
E-commerce ini tergolong cukup berat untuk dijalankan. Namum, tetap dapat dijalankan terutama bagi sejumlah perusahaan rintisan yang memiliki modal terbatas. Lalu, produsen-produsen yang ingin memperluas target market dengan cara tidak memerlukan banyak biaya. Selain itu, keuntungan dari penjualan barang melalui perusahaan e-commerce, nantinya langsung dirasakan oleh penjual.
Pay-Per-Use
Golongan ini menawarkan usaha yang cukup berbeda dengan model lainnya. Dengan pay-per-use tersebut, konsumen cukup membayar sesuai dengan apa yang telah digunakan dan dalam waktu tertentu. Hal tersebut yang membuat bisnis ini berbeda dan menjadi daya tarik tersendiri. Sebab, bercermin pada kebiasaan konsumen yang lebih memilih membayar sesuai pemakaian.
Bukan hanya itu, gaya ini juga menjanjikan bagi pengusaha dengan bisnis rintisan. Bisnis ini menjamin pemasukan yang berkelanjutan selama produk dan jasa yang ditawarkan tetap memenuhi kebutuhan masyarakat. Mengapa demikian? Sebab, produk yang terus ada dan bisa memenuhi kebutuhan akan selalu dicari oleh masyarakat.
Selain itu, didukung dengan sistem pembayaran yang biasanya dilakukan di depan. Pemasukan bagi start-up yang menganut sistem pay-per-use akan menjadi lebih stabil. Hal ini karena konsumen harus membayar terlebih dahulu, setelahnya bisa mendapatkan barang atau jasa yang ditawarkan.
Freemium
Tipe bisnis ini berasal dari dua kata, yakni “Free” yang berarti bebas tanpa adanya “Control Power”, serta “Premium” dengan arti memberikan tawaran lebih. Dengan begitu model perusahaan ini dapat dijalankan secara “bebas”, tanpa adanya tekanan. Namun dengan jaminan penawaran yang lebih dari yang lain nya.
Hal inilah yang menjadikan jenis bisnis satu ini sebagai tipe yang cukup digemari. Apalagi bagi kalangan muda yang memulai perusahaan startup beberapa tahun belakangan. Selain memiliki konsep perusahaan yang menarik, sistemnya juga cukup sederhana sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk freemium.
Dikutip dari artikel duniakaryawan.com, sistem kerja dari Freemium ini bersifat memberikan sejumlah pelayanan secara gratis. Dimana pelayanan gratis tersebut adalah layanan dasar yang bisa diakses. Untuk mendapatkan layanan dengan penawaran lebih baik, barulah muncul skema kebutuhan biaya atau tarif yang akan diberikan kepada konsumen.
Nah, itulah empat tipe bisnis yang dapat diaplikasikan saat memulai atau menjalani start-up atau perusahaan rintisan mu. Tentunya, semua jenis tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi, gaya mana ya yang cocok untuk bisnis kamu?