Inovatif! Mahasiswa UB Ciptakan Bioplastik dari Mealworm

Ilustrasi bioplastik mealworm karya mahasiswa UB. (Sumber: Dok. UB)
Isi Tabel

Selain sampah plastik, limbah popok bayi juga kerap menjadi permasalahan lingkungan yang tak kunjung usai. Apalagi banyak popok sekali pakai yang dibuang dengan bungkus plastik. Kebiasaan seperti ini tentu akan mengakibatkan panjangnya waktu degradasi menjadi dua kali lipat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) memproduksi bioplastik yang ramah lingkungan dan cepat terurai. Para mahasiswa itu terdiri dari Nandagesta Aurelia Shafa Wagmi, Arifah Ramadhani Azzah, Alifia Zahra, Sabrina Sekar Syalsabillah, dan Sayyidati Nurmuthi’ah.

“Lewat bioplastik ini, dapat mendegradasi limbah popok yang dibungkus dengan mengintegrasikan bakteri endogenous,” ungkap Nandagesta Aurelia Shafa Wagmi, ketua tim, dikutip dari laman resmi UB.

Baca juga: Rekomendasi Aplikasi Kencan Terpopuler Buat Pencari Jodoh

Latar Belakang Terbentuknya Bioplastik Mealworm

Menurut Nandagesta, setidaknya ada sebanyak 450 miliar limbah popok di tempat pembuangan sampah. Setiap tahunnya kondisi seperti ini terus bertambah ke tempat pembuangan sampah (TPS) di seluruh dunia.

Bila situasi tersebut terus terjadi pada generasi penerus nantinya, tentu keadaan bumi tidak menjadi baik. Sebab, limbah-limbah tersebut akan terus mencemari lingkungan dengan jumlah yang bertambah banyak.

Apalagi pemakaian popok di Indonesia, umumnya dilakukan hingga bayi berumur 3 – 4 tahun. Untuk penggunaan popok dilakukan sebanyak 3 – 6 kali per hari. Padahal, jumlah usia anak 0 – 4 tahun di Indonesia sekitar 24 juta. 

“Hal tersebut mengakibatkan sampah popok bayi di negara kita berada di urutan ketiga terbesar di TPA,” tuturnya.

Manfaat Bioplastik untuk Membungkus Popok Bekas

Kebiasaan membungkus popok dengan kantong plastik ini juga akan memperlambat proses degradasi limbah. Sebab, terdapat lapisan polietilena (PE) yang sulit diurai. Dengan bungkus plastik seperti itu, tentu membuat sampah akan semakin lama terurai.

Degradasi popok yang terbungkus kantong plastik polietilena ini, justru dapat menjadi lebih lama 2 kali lipat. Proses penguraian dengan waktu lama ini terjadi karena tidak ditemukannya bakteri yang mampu mendegradasi PE di TPS. 

Sementara bakteri tersebut, hanya ditemukan pada mealworm. Sebab, mealworm ini telah terbukti mampu mendegradasi PE. Selain itu, hewan tersebut bertahan hidup dari memakan polietilena

Dengan kondisi tersebut, tentu bisa membuka pintu baru untuk memecahkan polusi plastik global. Meskipun, dalam realitanya mealworm lebih memilih memakan makanan alami mereka daripada plastik dengan lapisan PE.

Oleh karena itu, bioplastik sebagai bungkus popok bekas tersebut diproduksi dari limbah singkong yang diintegrasikan dengan bakteri endogenous mealworm. Bakteri tersebut dinilai mampu mendegradasi PE, sehingga limbah popok yang terbungkus dapat terurai dalam waktu singkat.


Dengan bungkus bioplastik ini, popok yang seharusnya baru dapat terurai selama 250 – 500 tahun akan terdegradasi dalam waktu 2 bulan. Lewat penelitian ini, kelima mahasiswa itu berharap bisa menjadi pertimbangan bagi para pelaku usaha di bidang plastik.

“Kedepannya para pelaku di bidang ini bisa mengembangkan atau menggunakan inovasi tersebut, sehingga bisa meredam permasalahan sampah plastik. Kemudian, penelitian ini bisa juga menjadi edukasi bagi masyarakat terhadap solusi limbah plastik,” tutupnya.

Baca juga: Simak! UGM Buat Inovasi Obat Luka dari Daun Pandan

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments