Emotional Spending di Tengah Maraknya Belanja Online

Ilustrasi belanja. (Sumber: Unsplash)
Isi Tabel

Di era digital saat ini, belanja semakin mudah dan cepat karena semuanya bisa dibeli melalui smartphone. Akibat kemudahan tersebut, ketertarikan orang untuk belanja online pun semakin meningkat. Bahkan, beberapa dari mereka dapat berbelanja apapun tanpa berpikir panjang.  

Tak jarang pula, belanja menjadi sebuah cara untuk mereka menghibur diri atau sebagai bentuk emotional spending. Dikutip dari laman Bustle, istilah emotional spending ini mengacu pada seseorang yang berbelanja sebagai respons terhadap emosi dan perasaan negatif tentang diri mereka. Biasanya, orang yang berada di posisi ini akan merasa belanja sebagai bentuk pemulihan diri.

Menurut Amanda Octacia Sjam, S.Psi., M.Si., Psi., Psikolog Klinis, kondisi tersebut pun membuat orang tersebut akan berbelanja terlalu berlebihan. Terkadang, barang yang dibeli itu pun tidak dibutuhkan oleh orang tersebut.

“Belanja yang impulsif ini memang tidak pernah bisa dilepaskan dengan kondisi emosi seseorang,” ujarnya dalam tayangan @lyfewithless.

Baca juga: Ingin Belanja tapi Tetap Hemat? Pakai Aplikasi Cashbac!

Penyebab dan Dampak Emotional Spending

Amanda menuturkan, bahwa emotional spending ini bisa terjadi juga karena seseorang yang tengah mengalami luka emosi. Orang yang memiliki luka tersebut, tentunya mereka akan mencari sebuah plesure atau kesenangan.

Ketika seseorang merasakan luka yang begitu sakit, pastinya orang tersebut membutuhkan sesuatu untuk meredakan rasa itu. Belanja ini pun menjadi salah satu cara mereka untuk mendapat kesenangan tersebut.

Akan tetapi, ketika mencarinya hanya kesenangan saja bisa jadi muncul masalah baru lagi. Akibat mengobati rasa emosi, kita jadi belanja gila-gilaan untuk mencari kesenangan. Hingga tagihan kartu kredit pun melonjak.

“Padahal, tujuan kita untuk meredakan rasa sakit. Namun, yang muncul malah masalah-masalah baru,” tuturnya.

Ketika masalah baru itu pun muncul, kondisi kita malah semakin stress. Hingga perilaku ini pun semakin menjadi-jadi. Masalah yang dihadapi pun semakin berat. Oleh karena itu, tak heran mengapa orang menjadi terlilit hutang. Sebab, mereka memiliki perilaku belanja yang berlebihan.

Akibat hanya ingin memuaskan emosi saja, orang pun akan terjebak pada satu circle yang tidak sehat. Mereka hanya memikirkan bagaimana cara memuaskan emosinya, tanpa berpikir tentang dampaknya.

“Jadi, yang penting saya happy dulu dan sakitnya nggak kerasa,” tuturnya.


Amanda mengatakan, bahwa kondisi berlebihan seperti ini dapat mengarah pada mental yang tidak sehat juga. Bila sehat secara mental, pastinya tidak hanya sekadar mencari kesenangan saja tapi juga kebahagiaan.

Di dalam kebahagiaan itu, pasti ada sebuah kesenangannya juga. Akan tetapi, ada juga tambahannya sebuah meaning. Artinya, ada sesuatu yang bermakna dan bukan hanya sekadar happy saja.

“Jadi, nggak cuma belanja-belanja dan hura-hura aja. Namun, kita juga mendapatkan sesuatu yang bermakna dalam hidup ini,” pungkasnya.

Baca juga: Sebelum Belanja Online, Yuk Kenali 6 Istilah di E-Commerce!

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments