BIOSCAP, Pupuk Bio Organik Karya Mahasiswa UB

Ilustrasi pupuk Bioscap karya mahasiswa UB. (Sumber: JPNN.com)
Isi Tabel

Tak dapat dimungkiri, limbah makanan dan peternakan yang menumpuk di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Limbah tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal, seperti cangkang telur, kulit pisang, dan bio-slurry.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi cangkang telur di Indonesia mencapai 4.753.382 ton. Lalu, produksi kulit pisang meencapai 4.368.394 ton. Sedangkan bio-slurry, limbah sisa pengolahan biogas jarang dimanfaatkan sehingga menumpuk di dalam septic tank.

Melihat kondisi seperti itu, tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) memanfaatkan limbah tersebut sebagai pupuk Bio-Organik multifungsi. Tim tersebut terdiri dari Abdillah Amirul Saleh, Alya Shofiya, dan Erik Wahyuni .

“Kami telah melihat bahwa limbah organik yang jarang dimanfaatkan itu, ternyata berpotensi dijadikan pupuk. Apalagi kandungannya dapat meningkatkan produktivitas tanaman,” ujar Alya Shofiya, perwakilan tim, dikutip dari laman resmi UB.

Tiga mahasiswa itu pun membuat Pupuk Bio-Organik multifungsi dari limbah makanan dan peternakan dengan campuran konsorsium rizobakteri. Kemudian, produk inovasi tersebut dinamakan BIOSCAP.

Baca juga: Limbah Jagung dan Buah Lerak Diolah Jadi Detergen Pakaian

Mengenal Inovasi Pupuk BIOSCAP

Pupuk tersebut disinyalir dapat menekan intensitas penyakit hingga 100 persen. Lalu, dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sebesar 11-12%. Hal ini dilihat berdasarkan jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah cabang.

Selain itu, Alya menjelaskan, bahwa tiga limbah tersebut memiliki potensinya masing-masing. Limbah cangkang telur dapat digunakan sebagai sumber kalsum (Ca) dan magnesium (Mg) yang tinggi.

Berbeda dari cangkang telur, kulit pisang digunakan sebagai sumber Kalium (K). Selanjutnya, ada bio-slurry sebagai sumber Nitrogen (N), fosfor (P), dan Kalium (K).

“BIOSCAP ini juga mengandung mikroorganisme menguntungkan. Mulai dari Bacillus sp., Pseudomonas sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., serta Aspergillus niger yang dapat merangsang dan meningkatkan produktivitas pertumbuhan tanaman,” terangnya.


Sementara itu, Abdillah, ketua tim mengatakan, pupuk inovasi ini dapat berperan sebagai bioprotektan dan biostimulan yang dapat menekan, serta menghambat intensitas serangan penyakit.

“Kami telah menguji pupuk ini pada tanaman kedelai yang terinfeksi penyakit Soybean Mosaic Virus (SMV),” ungkapnya.

Seperti diketahui, penyakit tersebut dapat menurunkan tingkat produktivitas tanaman sebesar 25,84% hingga 93,84%. Dengan pupuk buatan mahasiswa UB ini, terbukti mampu menekan intensitas SMV dan meningkatkan produktivitas kedelai.

“Melalui penemuan ini, diharapkan pupuk BIOSCAP mampu menjadi solusi bagi petani untuk mengatasi penyakit pada tanaman, khususnya SMV pada kedelai,” pungkasnya. 

Baca juga: Biodegradable Foam dari Limbah Tongkol Jagung Karya UGM

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments