Biodegradable Foam dari Limbah Tongkol Jagung Karya UGM

Ilustrasi jagung. (Sumber: Unsplash)
Isi Tabel

Kasus limbah tongkol jagung di Indonesia yang tidak dimanfaatkan dengan baik, ternyata menarik minat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengolahnya. Dilansir dari data Kementerian Pertanian tahun 2007, dari 12.193.101 ton/tahun produksi jagung akan menghasilkan limbah sebanyak 8.128.734 ton/tahun.

Akan tetapi, jumlah limbah yang berlimpah itu masih belum diolah secara optimal sehingga berdampak pada lingkungan sekitar. Sebab itu, lima mahasiswa UGM memanfaatkan limbah tongkol jagung menjadi biodegradable foam.

Biodegradable foam ini digunakan sebagai inovasi pengganti packaging konvensional, seperti plastik maupun styrofoam yang sifatnya sulit terdegradasi,” ujar Faradiba Aulia, ketua tim, dikutip dari laman resmi UGM.

Tidak hanya tongkol jagung, tetapi juga permasalahan limbah packaging berupa plastik maupun styrofoam. Kondisi limbah kemasan itu semakin hari semakin tidak terkendali, terutama saat situasi pandemi Covid-19.

Sebab, kegiatan berbelanja online di kalangan masyarakat turut meningkat. Tentunya, aktivitas belanja tersebut tak lepas dari penggunaan kemasan plastik dan styrofoam. Hal tersebut membuat limbah kemasan itu semakin berlimpah dan sulit diurai.

“Oleh karena itu, kami pun melakukan penelitian biodegradable foam berbasis tongkol jagung ini. Tujuannya sebagai inovasi eco-friendly packaging yang sifatnya ramah lingkungan dan mudah terdegradasi,” jelas mahasiswa Teknik Pertanian tersebut.

Baca juga: Outer Anti Pelecehan Seksual Ciptaan Mahasiswa Unsoed

Mengenal Inovasi Biodegradable Foam

Faradiba mengatakan, inovasi biodegradable foam limbah tongkol jagung ini dibuat selama dua bulan, mulai dari Juni hingga Agustus 2021 lalu. Kemasan ramah lingkungan tersebut pun telah melewati beberapa proses penelitian.

Para mahasiswa UGM itu mengawali penelitian dengan pembuatan serbuk dari tongkol jagung. Bahan tersebut digunakan sebagai komponen utamanya. Selanjutnya, dilakukan pembuatan campuran biodegradable foam.

“Mulai dari komponen tambahan berupa gliserol, kitosan, magnesium stearate (Mg(C18H35O2)2), polyvinyl alcohol (PVOH), serta pati untuk meningkatkan sifat mekanik biofoam yang dibuat,” terangnya.

Kemudian, mereka meneliti pengaruh serbuk tongkol jagung, gliserol, serta kitosan terhadap sifat mekanik bahan. Mulai dari daya serap air (water absorption), sifat kekerasan bahan, kuat tarik, dan daya biodegradabilitas bahan.

Lalu, mereka juga melakukan uji Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Tujuannya untuk mengetahui gugus fungsi yang menyusun kemasan ramah lingkungan ini. Jadi, dapat memperkuat sifat mekanik bahan.


Dengan penelitian tersebut, para mahasiswa UGM ini memberikan wawasan baru sekaligus menangani permasalahan limbah lingkungan. Jadi, para pelaku bisnis pun dapat menggunakan kemasan yang bersifat biodegradable.

“Tim berharap hasil penelitian ini juga bisa digunakan sebagai wawasan baru, terkait potensial limbah tongkol jagung serta pengaruhnya terhadap sifat mekanik biodegradable foam,” tutup Faradiba.

Baca juga: Santet, Hand Sanitizer Sachet Karya Mahasiswa Unair

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments